19.4.08

Abah


Baiklah teman-teman,
kali ini aku akan menuliskan sekilas tentang karib dan sahabat. Aku mulai cerita ini dari keluarga tercinta.

DR. Nadhir Munawar adalah ayahku. Beliau sekarang berusia 51 tahun. Keluarga sangat penting baginya. Makanya aku merasa dekat dengan dia. Orangnya tegas. Seringkali aku kena marah karena perbuatanku yang salah. Meski kadang aku menggerutu, tapi aku berusaha menerimanya. Aku tidak mungkin berani membantah. Ya, itulah ayah. Aku memanggilnya Abah.


Aku dilatih untuk hidup dengan pola bersahaja. Pakaian tidak harus bagus. Tidak mesti beli dengan harga mahal. "Asalkan cukup membuat aurat tertutup," katanya. Makan juga begitu. Asal sehat dan halal, tidak perlu membuat macam-macam menu. Cukup nasi, lauk, sayur dan kuah. Bismillah insyAllah berbarokah. Untuk pendidikan, Abah menekankan agar aku belajar giat. Tak perlu ke sekolah favorit atau memilih yang elit-elit. Asalkan kita benar-benar belajar, semua bisa jadi alat penggali ilmu.

Abahku waktu kecil suka membantu orang tua. Karena dia adalah anak paling tua. Jadi harus membantu Mbah menafkahi adik-adiknya yang masih kecil. Oia teman-teman, adik Abahku itu ada 8 orang. Banyak banget kaann??? Enak yah, bisa punya saudara banyak. Kalau ada masalah kita bisa mengadu ke saudara yang kita mau. Tinggal pilih. Nah, karena Abah kakak tertua, pengalamannya jadi lebih banyak dibanding adik-adiknya. Yang paling penting, Abah terlatih untuk berfikir panjang sebelum memutuskan pilihan. Motto yang paling Abah gemari adalah "AYO BERLOMBA-LOMBA MENUJU AMAL KEBAIKAN".

Semoga saja aku bisa meniru sifat yang baik dari Abah. Aamiin.

Bagaimana dengan Ayah kalian?? Aku tunggu ceritamu !

18.4.08

Beli Sapi Pasti Dapat Tali


Teman-teman yang kusayangi,
Bapa Guru Muchtar selalu mengajari kami untuk cerdas dalam hidup ini. Salah satunya adalah belajar memikirkan kehidupan akhirat yang pasti kita jalani nanti. Yakni setelah kita semua mengalami kematian.

Nah, memikirkan kehidupan akhirat itu harus dimulai dari dunia. Kalau kita mau enak di akhirat, ya di dunia harus bekerja keras. Lalu harta atau rejeki yang kita dapat disedekahkah sebanyak-banyaknya kepada fakir miskin, yatim, janda telantar, dan tahanan. Itulah namanya kita setor bekal yang akan kita ambil lagi di akhirat nanti.


Kata Bapa Guru, kalau kita memilih akhirat, pasti kehidupan dunia akan terangkat. Tapi kalau kita melulu ngurus duniaaa saja, akhirat akan lupa terlewat. Ibaratnya, kalau kita beli sapi maka pasti kita akan dapat tali. Tapi kalau kita beli tali, sudah pasti tidak akan dapat sapi, ya nggak teman-teman??

Makanya, ayo mulai sekarang. Belajar memikirkan kehidupan dunia dan akhirat sejak kecil. Ayo berlatih menanam keyakinan dunia dan akhirat. Jangan cuma kawatir melarat di dunia saja. Jangan cuma kepingin enak dan bangga di dunia saja. Yang seimbang kalau berpikir. Kita juga harus kawatir memikirkan kehidupan melarat di akhirat. Kita harus berusaha agar bisa sukses, kaya dan bangga di akhirat.

Saat kita berpikir dunia, ayo cepat pikirkan akhirat saat itu juga. Pengin dapat rangking 1 di kelas kita, saat itu juga pasang keinginan dapat rangking 1 di surga.

Nah, itu baru seimbang. Berharap dan kawatir di akhirat seperti lazimnya kita cemas dan ingin sesuatu di dunia. Kalau kita mikir akhirat, pasti dunia kebawa. Tapi kalau dunia tok yang kita urus, akhirat akan terlupa.

Ayo kawan-kawan. Pikirkan akhirat yah. Cerdas dan berfikir cermat dunia akhirat.

Mengapa Kita Berdoa

Setiap kita memulai kelas, Ibu/Bapak Guru akan mengajak semua murid untuk mengucap doa. Melafal Bismillah, menghafal Al Fatihah, atau doa-doa yang telah diajarkan sebelumnya. Kadang muncul tanya, "kenapa sih kita harus berdoa?"

Berdoa berarti kita semua sedang berbicara kepadaNYA. Meminta sesuatu kepada Tuhan. Contoh: kita minta sehat; mohon keselamatan; meminta kejembaran pikiran; memintakan doa untuk kebaikan orang tua, dll.


Karena kita ini diciptakan untuk mengabdi, melayani, dan menyantuni Tuhan. Maka sudah selayaknya kita selalu mendekat dan berbicara kepada Tuhan. Agar semua kelakuan kita diridoi olehNYA. Nah, caranya ya lewat berdoa itu, kawan !

Makanya, kalau berdoa usahakan yang serius. Jangan main-main dengan lidahmu. Selaraskan bibir dan hati kita.

Surat Buat Mbah Guru Muchtar

Assalaamu'alaikum,

Apa kabar Mbah Muchtar?
Semoga saja Mbah saat ini senang dipangkuanNYA.

Tak terasa, sudah enam tahun Engkau meninggalkan
kami semua. Walau waktu telah berlalu, kesedihan karena kepergian Mbah masih menyisakan butiran air mata. Bahkan hingga saat ini.

Mbah Muchtar yang aku sayangi,
Ajaranmu, teladanmu, nasehat bijakmu, selalu kurindu.
Di sela istirahat rakaat sholat sunat. Pada waktu duha yang tenang, di waktu khusyu tahajjud, Engkau rajin menitipkan sebaris kalimat penguat. Hati kami seolah terjaga dari goda dunia angkara karena petuahmu.

Tapi kami kini sendiri. Hanya ALLAH tambatan kami.
Semua pesan Mbah akan terus kujadikan pegangan. Dengan menangis kepadaNYA, kami menitip rindu buatmu. Rindu yang hanya bisa terobati manakala kita bertemu nanti setelah kehidupan di dunia ini. Aamiin.

Kami di sini bersedih, Mbah. Tapi kami berusaha tabah dan berserah. Sesuai pesanmu, kami harus bersabar menunggu janji akhirat. Sembilan puluh sembilan persen kenikmatan yang dijanjikan Tuhan.

Mbah Muchtar, Apa kabar?

Dari cucu yang merindumu,
Leny :D